Membumikan Nilai KebangsaanJamaludin Malik Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Jepara
Jepara, 27 Februari 2025 – Suasana penuh semangat tampak jelas dalam kegiatan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI yang diselenggarakan di Shims Cafe & Resto, Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara. Acara ini menghadirkan Jamaludin Malik, S.H., Anggota DPR/MPR RI Fraksi Partai Golkar, sebagai narasumber tunggal yang dengan penuh antusiasme menyampaikan materi mendalam mengenai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai kebangsaan yang menjadi fondasi kehidupan bernegara.
Sebanyak 150 peserta dari 14 desa di Kecamatan Donorojo dan Kecamatan Keling menghadiri acara ini. Mereka berasal dari beragam latar belakang dan profesi, mulai dari perangkat desa, tokoh masyarakat, guru, hingga pemuda yang ingin memperdalam pemahaman mereka mengenai pilar-pilar kebangsaan. Keikutsertaan mereka menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.
Komitmen Menjaga Identitas Nasional
Dalam pembukaannya, Jamaludin Malik menekankan bahwa Sosialisasi 4 Pilar MPR RI bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi sebuah upaya konkret dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan di hati setiap individu. “Empat Pilar MPR RI bukan sekadar konsep yang diajarkan di sekolah, melainkan harus menjadi bagian dari keseharian kita. Pancasila sebagai way of life, UUD 1945 sebagai landasan hukum, NKRI sebagai bentuk final negara kita, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai kekuatan pemersatu bangsa,” ujarnya dengan penuh semangat.
Beliau juga mengutip ajaran KH. Abdul Wahab Hasbullah, tokoh Nahdlatul Ulama, yang menyatakan bahwa “Cinta tanah air adalah bagian dari iman.” Pernyataan ini ditekankan sebagai pengingat bahwa nasionalisme dan patriotisme bukan sekadar jargon, tetapi nilai yang harus terus dijaga dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendalaman Materi: Pilar-Pilar Kebangsaan dalam Konteks Kekinian
Dalam sesi utama, Jamaludin Malik membedah satu per satu empat pilar kebangsaan dengan pendekatan yang interaktif dan aplikatif. Beliau menjelaskan bagaimana Pancasila dirumuskan melalui proses panjang oleh para pendiri bangsa, menyesuaikan dengan keanekaragaman sosial dan budaya yang ada di Indonesia. “Pancasila bukan sekadar dokumen sejarah, tetapi pedoman hidup yang selalu relevan. Tantangan zaman boleh berubah, tetapi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus tetap menjadi pegangan,” jelasnya.
UUD 1945 juga menjadi sorotan utama dalam sesi ini. Malik menjelaskan bagaimana konstitusi ini mengalami perubahan melalui amandemen yang dilakukan pasca-Reformasi, menyesuaikan dengan tuntutan demokrasi dan hak asasi manusia. “Amandemen bukan berarti mengubah dasar negara, tetapi justru memperkuat nilai demokrasi dan memastikan bahwa hak-hak warga negara terlindungi dengan lebih baik,” ungkapnya.
Dalam membahas NKRI, beliau menegaskan bahwa bentuk negara kesatuan adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. “Sejarah membuktikan bahwa NKRI adalah pilihan terbaik untuk menjaga keberagaman yang kita miliki. Upaya disintegrasi bangsa harus kita lawan bersama, dan ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tugas kita semua,” tandasnya.
Sedangkan dalam pembahasan mengenai Bhinneka Tunggal Ika, Jamaludin Malik mengangkat kisah nyata bagaimana masyarakat dari berbagai etnis dan agama di Jepara berhasil hidup berdampingan secara harmonis. “Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar slogan, tetapi realitas yang harus kita jaga. Perbedaan itu bukan ancaman, melainkan kekuatan yang harus kita kelola dengan bijaksana,” katanya.
Diskusi Kelompok: Menemukan Solusi Berbasis Pilar Kebangsaan
Setelah sesi pemaparan, peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok diskusi untuk membahas berbagai persoalan aktual dengan pendekatan berbasis 4 Pilar MPR RI. Beberapa isu yang diangkat antara lain konflik lahan nelayan dengan perusahaan tambak, harmonisasi antarumat beragama di daerah dengan tingkat keberagaman tinggi, serta perlindungan hak-hak nelayan dari eksploitasi pihak asing.
Salah satu peserta, Siti dari Desa Blingoh, mengungkapkan bahwa penyelesaian konflik lahan seharusnya mengutamakan musyawarah mufakat, bukan konfrontasi. “Pancasila mengajarkan kita untuk mencari solusi dengan kepala dingin. Musyawarah desa harus lebih diperkuat agar masalah seperti ini bisa diselesaikan dengan adil,” ujarnya.
Diskusi ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi para peserta, tetapi juga menghasilkan rekomendasi konkret yang dapat ditindaklanjuti oleh berbagai pihak terkait. Jamaludin Malik menyampaikan apresiasi tinggi terhadap partisipasi aktif peserta dalam sesi ini. “Diskusi kita hari ini membuktikan bahwa nilai-nilai kebangsaan bukan sekadar konsep, tetapi dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah nyata di masyarakat,” katanya.
Penutupan: Komitmen Bersama Menjaga Keutuhan Bangsa

Kegiatan ini ditutup dengan komitmen bersama untuk terus menyebarluaskan nilai-nilai kebangsaan di lingkungan masing-masing. Jamaludin Malik menegaskan bahwa pendidikan kebangsaan harus menjadi agenda berkelanjutan, bukan hanya dalam bentuk sosialisasi, tetapi juga melalui praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. “Mari kita jadikan nilai-nilai kebangsaan sebagai bagian dari karakter kita. Jika kita bersatu, tidak ada tantangan yang tidak bisa kita hadapi,” tutupnya.
Dengan atmosfer yang penuh semangat dan kebersamaan, Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Jepara menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai kebangsaan masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Peserta pulang dengan semangat baru untuk menerapkan dan menyebarkan wawasan yang mereka dapatkan, demi Indonesia yang lebih kuat, harmonis, dan berdaulat. [A6]